Siapa yang tak kenal Nama salah satu pendekardiatas, pastinya anda sudah tahu bukan dia adalah sang Pendekar Syair Berdarah,julukan yang pantas bukan karena syair-syairnya terdengar sahdu di tengahkegelapan malam, bidadari dari langit pun akan tertunduk lemah ketika mendengarkata-kata dari dia
Diangkat dari Film Kolosal TUTUR TINULAR
Pada masa itu sudah muncul tokoh penyair yangcukup kondang dengan julukan PendekarSyair Berdarah, konon syair - syairnya mampu menggetarkan jiwa bagi yangmendengarnya.
Dalam postingan ini saya angkat nilai seni darikarya sastra yang sangat populer pada masa itu, bukan figur tokoh AryaDwipangga. Okey dech.... mari kita simak tiga penggalan syair dari tokoh yangsangat populer tersebut.....
Syair Cinta Arya Dwipangga
Pelangi muncul diatas kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan
Sekuntum cempaka sedang mekar ditaman sari desaManguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malamnanti
Ku buka daun jendela dan terbayang malam yangindah di hiasi chandra kartika
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masihrapat terkancing dari dalam
Kapn kubuka
Wahai sang dewi puspa
Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkantidurku dari dari mimpi buruk
Di batas tugu yang indah ini ku pahat denganbermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka
Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang kesarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selamasenyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu
Nari Ratih.......................!
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit di atas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga
Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memeluk senyummu dalam kehangatan mimpiku
Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan
Sekuntum cempaka sedang mekar ditaman sari desaManguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malamnanti
Ku buka daun jendela dan terbayang malam yangindah di hiasi chandra kartika
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masihrapat terkancing dari dalam
Kapn kubuka
Wahai sang dewi puspa
Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkantidurku dari dari mimpi buruk
Di batas tugu yang indah ini ku pahat denganbermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka
Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang kesarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selamasenyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu
Nari Ratih.......................!
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit di atas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga
Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memeluk senyummu dalam kehangatan mimpiku
Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku
SyairPengiring Kidung Pamungkas
Ketika kata-kata……………
Sudah tidak bisa menjawab tanya……………
Maka bahasa pedanglah yang bicara………………
Bahasa para ksatria……………
Bahwa bumi mununtut sesaji darah manusia……………
Pedang……………
Taring betarakala sedang di amuk murka……………
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana……………
Bumi……………
Gelap pekat menangis air mata merah……………
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia……………
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan……………
Tergelar dari ujung pedang……………
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yangsama……………
Sudah tidak bisa menjawab tanya……………
Maka bahasa pedanglah yang bicara………………
Bahasa para ksatria……………
Bahwa bumi mununtut sesaji darah manusia……………
Pedang……………
Taring betarakala sedang di amuk murka……………
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana……………
Bumi……………
Gelap pekat menangis air mata merah……………
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia……………
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan……………
Tergelar dari ujung pedang……………
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yangsama……………
Syair Duka Pangeran Kegelapan
Oh betara...
Sdh sulit ku bedakan hidup dan siksa....
Setiap nafas dan langkah ku raja derita......
Oh betara....
Buka matamu dan saksikan derita ku....
Telah kau kalahkan aku dengan tangan perkasamu....
Oh betara....
Kini mimpi-mimpiku pun hitam gelap...........
Segelap bola mata ku............
Letih sudah kaki menyelusuri lembah.......
Tapi.......
Perjalanan tidak kunjung usai.......
Tidak terperih luka.......
Carut marut oleh onak duri
Oh........
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa.......
Gemulung halimun menutup jalan semua jalan........
Tapi aku tetap ingin pulang..........
Dewa..............
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa............
Jangan peluk akhir perjalananku........
Aku masih punyak rindu...........
Yang belum pupus............
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpiku
Jagat dewa batara.........
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dadaterbuka........
Tapi belum juga kau satukan aku dengananak-anakku..........
Oh...............
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa........
Busuk.............
Satu-satu ...........
Orok dosaku mengering sudah............
Satu-satu ...........
Bayangan masa datang terasa benderang........
Sdh sulit ku bedakan hidup dan siksa....
Setiap nafas dan langkah ku raja derita......
Oh betara....
Buka matamu dan saksikan derita ku....
Telah kau kalahkan aku dengan tangan perkasamu....
Oh betara....
Kini mimpi-mimpiku pun hitam gelap...........
Segelap bola mata ku............
Letih sudah kaki menyelusuri lembah.......
Tapi.......
Perjalanan tidak kunjung usai.......
Tidak terperih luka.......
Carut marut oleh onak duri
Oh........
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa.......
Gemulung halimun menutup jalan semua jalan........
Tapi aku tetap ingin pulang..........
Dewa..............
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa............
Jangan peluk akhir perjalananku........
Aku masih punyak rindu...........
Yang belum pupus............
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpiku
Jagat dewa batara.........
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dadaterbuka........
Tapi belum juga kau satukan aku dengananak-anakku..........
Oh...............
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa........
Busuk.............
Satu-satu ...........
Orok dosaku mengering sudah............
Satu-satu ...........
Bayangan masa datang terasa benderang........